Monthly Archives: Juli 2009

Menang Saja, belum Tentu Juara….!


Dalam setiap kompetisi, setiap peserta pasti ingin meraih kemenangan. Tapi harus diingat, menang pun belum tentu juara. So, yang lebih penting juaranya, bukan menangnya.

Pada lomba Formula one tahun lalu, Felippe Massa (Ferrari) lebih sering menang dari Lewis Hamilton (McLaren)…..,tetapi yang meraih predikat juara justru Hamilton.

Liverpool juga selalu menang melawan Manchester United pada tahun lalu, tetapi yang meraih juara adalah tim yang dibesut Sir Alex Ferguson itu.

Juara sudah pasti adalah seorang pemenang, tetapi meraih kemenangan saja, belum tentu akan menghantarkan seseorang menjadi juara.

Hillary Clinton, boleh-boleh saja kalah melawan Barack Obama, tetapi istri Bill itu tetap merupakan seorang ‘Juara’ di mata masyarakat negeri Paman Sam itu.

Sedangkan seseorang yang tampil sebagai pemenang, bisa jadi akan sangat mengecewakan, sebab kemenangannya ternyata telah membuatnya menjadi sosok yang arogan dan begitu mudahnya menebar isu untuk menghabisi lawan-lawan politiknya.

Sosok Hillary Clinton disebut Juara, karena dia dengan legowo mengakui kekalahannya dan memberikan dukungan kepada sang pemenang. So, ibunda Chelsea ini memiliki sikap gentlemen dan mentalitas seorang juara.

Karenanya Juara atau tidaknya seseorang, bukan cuma ditentukan dari kemenangannya. Tetapi bagaimana dia menyikapi kemenangan itu plus menjadikannya sebagai sarana untuk berbuat kebaikan bagi semua orang serta memberi teladan bagi pihak yang kalah……!

Lebih Baik, Tak Selalu Menang


democrazyLebih baik, berpengalaman, lebih berkualitas serta dianggap lebih mampu, tak selalu menang. Figur yang pada kenyataannya lebih baik, tidak akan ada jaminannya akan dipilih oleh rakyat.

Pada Pemilu Legislatif lalu banyak calon anggota legislatif berkualitas, tetapi gagal total dalam memperoleh kursi di DPR dan DPRD. Sebaliknya, banyak pula tak layak jadi wakil rakyat, justru memperoleh suara signifikan hingga lolos menjadi anggota dewan.

Demikian halnya pada Pilpres kemarin ; apakah kemenangan SBY-Boediono, dikarenakan beliau lebih baik dari dua kandidat capres lainnya ? Jawabnya, belum tentu.

Dalam menjatuhkan pilihan pada Pilpres kemarin, rakyat kelihatannya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor SBY, yang selama ini dicitrakan sebagai sosok yang santun, low profile, cerdas dan baik budi.

Tetapi apakah dalam hal kepiawaian memenej negara,  SBY lebih baik dari JK atau Mega ? Bisa jadi, sulit memberikan jawaban untuk itu, sebab tidak ada kompetisi head to head di antara mereka, seperti halnya pertandingan olahraga.

Dalam menjatuhkan pilihan, di Pilpres ataupun pada Pileg lalu, kelihatannya rakyat tidak sepenuhnya memberikan pilihan berdasarkan pertimbangan kompetensi atau kualitas sang caleg. Mereka memilih, hanya karena ada keharusan memilih.

Tetapi apapun ceritanya, itulah konsekuensi demokrasi. Vox pupuli vox dei. Rakyat telah menjatuhkan pilihannya. SBY-Boediono berhasil memenangkan Pilpres. Dan para caleg yang kualitasnya banyak dipertanyakan itu telah terpilih menjadi wakil rakyat.

Yang lebih baik memang tak selalu menang. Tetapi ketika rakyat telah memberikan pilihannya, apapun hasilnya, baik atau buruk, haruslah dihormati. Pilihan itu, suka atau tidak suka, mesti diterima dengan lapang dada.

Kita cuma berharap, seiring dengan perjalanan waktu, rakyat semakin cerdas dan pada Pesta Dermokrsi mendatang dapat memberi hukuman kepada mereka yang dianggap gagal dalam mengemban amanah rakyat !

karikatur dari sini

Persahabatan Lebih Berharga dari Percintaan


IMG_9015Di tengah hujan deras yang mengguyur Kota Medan kemarin malam, mataku tak bisa terpicing. Di malam nan hening itu, kubuka dan baca kembali novel pemberian temanku Tutinonka ‘Keberangkatan’ plus buku-nya Jeunglala, The Blings of My Life.

Membaca kedua buku itu, aku tiba-tiba jadi terenyuh dan merindukan kedua sahabatku yang baik budi itu. Muncul kesimpulan dini dalam diriku, persahabatan sesungguhnya lebih berharga dibanding percintaan.

Mengapa demikian ? Sebab percintaan seringkali berujung duka, benci dan dendam. Sedangkan persahabatan hampir dapat dipastikan sangat jarang melahirkan kebencian. Bahkan bisa jadi persahabatan akan menumbuhkan benih-benih kekaguman dan perasaan sayang yang positif.

Saya juga merindukan sahabat-sahabat blogger yang lain semisal Anni Bertha, Lies Surya, Yessy Muchtar, Bunda Dyah Suminar, Mbak Imelda, Kawaai Ayu, Elindasari, Yari NK, Syawali Tuhusetya, Tuyi Bulukumba, Emma Gusmaya, Indah Sitepu,  Mas NH, Wi3nd, Arief Dj, Mas Goenong, Mas Arul, Emfajar, Nesia, Nirwan Panjaitan, Mahendra, Singal Sihombing, Anakkutu, dll.

Persahabatan antar blogger memang, harus diakui lebih kualitatif dibanding persahabatan lewat facebook. Semua orang bisa ngefesbuk, tapi tidak semuanya bisa ngeblog. Sebab, blog mensyaratkan kualitas dan kompetensi dalam hal tulis-menulis.

Dalam konteks demikian, saya sangat apresiatif dengan teman-teman blogger, yang tetap kreatif dalam merawat blog-nya, kendati di sisi lain aktif pula berfesbuk-ria.

Tapi, satu hal pasti, kerinduan pada teman-teman blogger tetap akan menyala di hati. Aku selalu akan merindukan tulisan-tulisan berkualitas dari Tutinonka, Jeunglala, Dyah Suminar, Lies Surya, Anni Bertha, Hery Azwan, Yulism, Yu2n, Silly, Vaepink, dan teman-teman lainnya. Semoga persahabatan di dunia blogger,  abadi selalu.