Partai Politik Jangan Picik !
Partai politik harus membuka diri dan berpikir obyektif untuk memilih orang yang akan dicalonkan sebagai presiden atau wakil presiden. Jangan sampai parpol memaksakan diri mengangkat calon dari dalam jika mereka tak memiliki kompetensi untuk memimpin bangsa.
“Dalam situasi sekarang, di mana ada beberapa calon alternatif yang potensial menjadi presiden dan wapres, perlu dicermati secara mendalam. Artinya, parpol harus membuka diri,” ujar Rektor Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Edy Suandi Hamid. (Kompas, 22/12).
Apa yang dikemukakan Edy Suandi itu ada benarnya. Bahwa partai politik memang sudah seharusnya tidak bersikap picik dan egois dalam menentukan sikapnya terkait dengan semakin dekatnya perhelatan Pilpres 2009.
Partai politik tidak perlu memaksakan kader partainya untuk tampil sebagai capres dan cawapres, jika yang bersangkutan memang tidak memiliki kredibilitas dan ‘nilai jual’ untuk bersaing dalam bursa pilpres.
Sosok seperti Yusril Ihza Mahendra (PBB), Tifatul Sembiring (PKS), Soetrisno Bachir (PAN), Suryadharma Ali (PPP), Muhaimin Iskandar (PKB), hendaknya tahu diri, dan tak perlu ikut-ikutan memproklamirkan diri sebagai capres atau cawapres, kalau merasa basis dukungan untuk meraih kemenangan relatif kecil.
Akan jauh lebih taktis dan efektif, sekaligus memungkinkan meraih kemenangan, apabila parpol yang disebutkan di atas menjalin koalisi permanen untuk mengusung capres alternatif dari kalangan muda, yang lebih energik dan memberi angin segar bagi terwujudnya perubahan ke arah lebih baik di negeri ini.
Bahkan seorang Jusuf Kalla, yang notabene orang nomor satu di Partai Golkar, cukup tahu diri dan kelihatannya lebih mempersiapkan diri untuk menjadi cawapres, kembali berduet dengan SBY.
Partai politik memang tak boleh picik. Tak hanya terkait dengan dukungan dan pilihan terhadap capres/ cawapres, melainkan juga dalam menyikapi berbagai persoalan yang tengah mendera bangsa.
Parpol yang picik dan dilanda kejumudan berpikir, sejatinya hanya akan memikirkan kepentingan diri dan kelompoknya agar tetap eksis dalam panggung politik nasional, apa pun dan bagaimanapun caranya.
Parpol picik itu sudah sepatutnya diberi hukuman. Rakyat diimbau agar berhati-hati dan mampu mengenali parpol picik yang hanya memikirkan diri dan kelompoknya itu.
Jika tak ingin ditinggalkan dan dicemooh rakyat, kepada segenap elite parpol diharapkan jangan lagi bersikap picik. Tunjukkanlah dengan tulus pengabdian kepada rakyat, tak cuma jelang Pemilu/ Pilkada saja, tetapi setiap kali rakyat membutuhkannya.
foto diambil dari sini
Posted on 22 Desember 2008, in Politik and tagged capres, jusuf kalla, parpol, picik, rakyat, sby. Bookmark the permalink. 31 Komentar.
setuju!!!
duh terharu bang….daku pertamax ya!! hihihihi
abang belum pulang???
@mikekono : harga pertamax uda turun tuh, Mbak yess…..hehehe 🙂
betuuul….tahu diri lah….
Apalagi yang kendaraan politik nya tidak jelas..he..he..gambar partainyapun orang tidak kenal….mau ngapain ??
Coba dialog…diskusi…saling menghargai….percayakan kepada yang terbaik diantara kita…kalo semua 2 mau jadi capres….mau dibuatkan negara negara mainan/miniatur apa bagaimana ???
@mikekono : iya Bunda, parpol2 seperti itu seharusnya tau diri dan jangan lagi melakukan manuver-manuver politik murahan. matur nuwun
tapi yang penting juga adalah bukan cuma mencalonkan orang yang punya basis dukungan besar saja tapi juga yang kira-kira mampu dan punya komitmen membawa bangsa ini menuju perubahan ke arah yang lebih baik.
@mikekono : itulah yg sy maksud, kl ada orang yg lbh baik di luar parpol, patut didukung dan dicalonkan
Bang…Mike punya calon ngga’..?
Yang bener-bener memperjuangkan rakyat…
Tuyi bingung lho mo pilih siapa….di Pemilu nanti ?
Abisnya spanduk aja yang digedein…
Postingin Tips dong, cara milih wakil rakyat yang benar, biar kita ngga’ kecele….
@mikekono : ngga usah bingung2 mas Tuyi,
pilih aja yg sesuai selera mas Tuyi
Yah emang partai jgn memaksa kan kehendaknya. Tapi yah, gitu… deh
Saya rasa saat ini partai tdk terlalu berpengaruh dalam pilpres.
Kecendrungan pemilih adalah terhadap figur.
Kira2 siapa yah yg pantas menjadi presiden kita kelak…?
Apa SBY terlalu buruk untuk melanjutkan perjuangannya..
Atau Mbak Mega, ingin mengulang lagi duduk dikursi empuk itu?
Atau JK, sudah bosan jadi wakil dan ingin jadi nomor satu?
Atau, Hidayat Nurwahid, Wiranto, Prabowo, Hamingkubono atau siapa lagi yah yg pantes…
Wihh… susah deh….
@mikekono : kalau dalam Pilpres, peran parpol masih sangat menentukan soal pengajuan capres dan cawapres. semoga parpol bs mengedepankan kptntingan bangsa dibanding kptngn pribadi
politik emang picik.
@mikekono : he eh………………………
Mungkin mereka berpikir, paling tidak pernah jadi Capres hehehe…memang picik..
@mikekono : prnh jd capres yang gagal…..hehehe
iya ya..gak punya duit aja nyapress
@mikekono : itu namanya capres monek (modal nekad)
hehehe
betul. Kadang2 mereka picik banget.
@mikekono : ya …begitulah
Bener Banget Bang …
Par-pol …(yang baik dan smart) pasti akan menimbang-nimbang langkahnya secara lebih cermat dan saksama …
Dan tidak akan gegabah dengan memaksakan ketuanya jika memang belum mempunyai basis yang kuat …
dan ini diperlukan kebesaran hati untuk mengakuinya …
Salam saya Bro …
@mikekono : iya bro….parpol yang memikirkan rakyat, tdk akan selalu bercermin dan tak memaksakan diri. thanks bro
Yang picik itu yang hatinya sempit dan tidak mau realistis dalam bertindak, perlu di buka hati nuraninya agar bisa menempatkan diri
@mikekono : betul Mbak Anny, mestinya mereka memiliki hati yg lapang dan pikiran yg fleksibel
waa..sem09a para cawapres ato capres baca tulisan yan9 berboboT inih jad! mreka sadar diri..
@mikekono : wahhh….mereka itu mana sempet blogwalking…hehehee
Jadi Raja memang impian semua…cuma pertanggungjawabannya di hadapan Raja Segala Raja nggak tahu deh saya
@mikekono : raja itu selalu lupa pada Raja Segala Raja
kl aku sih ndukung Amien Rais bang… sesuai keterangan link aku di blog abang ini …. hahahaha 😛
@mikekono : bukan Nirwan namanya, kl tak mendukung Amien Rais…..hmmm 🙂
kita ini seperti hidup di negeri bohongan yah…
tiap pemilu kita pilih orang2 yang jago bohong…udah tahu bakal dibohongin masih tetep milih para pembohong juga…hahaha..
jadi pusing deh..
horas,
bonar
http://sihotang407.wordpress.com
@mikekono : mari sama-sama memberi pelajaran kepada para pembohong itu…..horas, njuah njuah
saya bingung terlalu banyak partai,mas.
dan,setiap jalan kemana2 selalu banyak terpampang foto2 calon elite politik,dgn semyum yg manis sekaliiii..,
@mikekono : betul…..parpol di negeri kita, terlalu banyak…..semua pengen jd penguasa
saya juga bingung, mana yang akan dicoblos 🙂
@mikekono : kl bingung, potensial jd golput tuh 😦
baiknya ada koalisi partai. hingga petanya lebih jelas.
saya berharap koalisis partai islam bisa terjadi.
salam hangat pak 🙂
@mikekono : betul,….mestinya ada koalisi partai partai demi menghasilkan capres yg kuat dan kredibel
hehe namanya juga parpol bang
dasar kata parti politik
atau politikus.. jadi kayak tikus lobangnya banyak
susah nebak tikusnya masuk dari mana dan keluar dari lobang mana lagi..
@mikekono : betul silih…..politikus memang susah ditebak…..kadang-kadang bak belut dalam oli…..
ehm, sebentar bang. saya malah mau bertanya, yang mungkin agak menyimpang. bukan saya yg menyimpang lho bang, hehe…tapi pertanyaannya.
misalnya ada seseorang yg kredibel dan istilah kata ‘jago’ untuk mengelola negara ini, tapi dia tidak populer dan tak punya ‘daya jual’ tinggi. apakah dia hanya akan terpuruk sebagai dakocan di belakang panggung, tanpa bisa menunjukkan kemampuannya yg boleh dibilang top ?
kalau merurut Bang Mike, apa nggak perlu diubah tuh, aturan2 pencalonan yang (sepertinya, saat ini) harus mendapat dukungan yg besar. kalau menurut pandangan saya yg awam sih, sepertinya bagus tuh sistem yg seperti di amrik. hanya demokrat dan republik, terus ada yg independen. nggak terlalu banyak benturan yg terjadi, dan kayaknya mengakomodasi orang2 berkompeten tapi minim dukungan dari parpol.
ah, saya jadi ingat Pak Nurcholis Majid, yg menurut saya bisa jadi ‘jago’ tapi kayaknya nggak banyak dukungan.
kapan Indonesia akan mentas, kalau hanya berkutat di sekitar banyaknya dukungan dan (sepertinya) meminggirkan kemampuan.
hehe, saya keliru ya ?
@mikekono : itulah sebabnya saya nyatakan parpol picik. Orang2 seperti alm Nurcholish itu sulit dicalonkan parpol, karena parpol selalu lebih mengutamakan kadernya sendiri dan orang-orang yang fulusnya tebal…..
so, UU Pilpres yang mensyaratkan 20 persen dukungan suara pemilih memang trll berat dan menutup peluang bagi tokoh2 kredibel yg bukan orng partai itu. Wajar, jika UU pilpres itu direvisi
biasalah parpol bang.. klo ga mencalonkan ketua umum ga afdal rasanya walaupun ga kompeten lagi 🙂
@mikekono : iya bro….begitulah tabiat parpol
kalau saya melihatnya kok elit politik kita itu seperti penjual kecap ya? dan benar2 menerapkan pribahasa “habis manis sepah dibuang” duh2 mau dibawa kemana arah bangsa ini 😦
@mikekono : hmmm…..makin bnyk parpol, makin
bikin ruwet dan sumpek…..
wahahahaha benar-benar….
tapi pengen juga jadi presiden 😦
anggarannya hampir 1 trilyun setahun
@mikekono : hehehe…..jd presiden mmng eunak tenan
Seringkali mereka yang menyatakan maju jadi kandidat Presiden seperti halnya orang2 yang disebut di atas, sekedar untuk menaikkan bargaining position. Istilahnya call tinggi…Ujung-ujungnya sich nunggu ada yang ngelamar untuk jadi cawapres….
Tabik….
@mikekono :exactly bro…..kl tak jd cawapres, minimal ngincar jd menteri…..ehem
wah….harus baca berulang-ulang….
Sumpah saya nggak ngarti dengan politik
@mikekono : wajar itu….politik memang ribet
yang pasti jadi calon presiden harus banyak dukungan dana
karena butuh uang yang buuuuaaanayyyaaakkkk…..
@mikekono : betul, capres yg bnyk duit paling berpeluang menang
Menurut mikekono sensei, siapa capres dan cawapress yang layak jadi presiden dan wakilnya….???? aku bingung nih mau pilih siapa, gak ada bayangan…gak ada yang mengena di hati….
@mikekono : sepertinya ayuratna cocok jadi cawapres…. hehehe
Kayaknya banyak orang dilanda ‘euforia capres’ ya Bang? Rasanya hebat, kalau sudah berani memproklamirkan diri jadi capres. Padahal, sebagian dari mereka sama sekali tidak kita ketahui track recordnya. Bahkan jika mereka mencalonkan diri menjadi menteri saja, kita masih ragu untuk memilih …Sebenarnya, mereka serius, bercanda atau mengolok-olok diri sendiri sih ?
@mikekono : iya….banyak yg tak bs mengukur diri…, seolah-olah jadi capres itu enak dan sebuah kehormatan. mereka nyapres tnpa mempertimbangkan layak atau tidak
wach kalo masalah politik aku nyerah dech membahasnya…cuma aku ada sepatah dua kata… dunia politik sekarang kejam,,dan nga jelas tujuannya kemana… salam kenal mas di tungggu kunjungan baliknya
@mikekono : hehehe….politik memang penuh liku
thanks bro
Udah ada capres yang nyangkut di hati belom, om??
@mikekono : udah Cha….mau ikutan milih capres pilihan abang ya ?
thanks sista
Di alenia ke 5 tulisan diatas, kayaknya ada yang salah tuh bang MikeKono,
——————————————————————————————————————————————-
Sosok seperti Yusril Ihza Mahendra (PBB), Tifatul Sembiring (PKS), Soetrisno Bachir (PAN), Suryadharma Ali (PPP), Muhaimin Iskandar (PKB), hendaknya tahu diri, dan tak perlu ikut-ikutan memproklamirkan diri sebagai capres atau cawapres, kalau merasa basis dukungan untuk meraih kemenangan relatif kecil.
——————————————————————————————————————————————–
“hendaknya tahu diri, dan tak perlu ikut-ikutan memproklamirkan diri sebagai capres atau cawapres, kalau merasa basis dukungan untuk meraih kemenangan relatif kecil”,……….. emang kapan ya, dari ke-5 orang diatas yg memproklamirkan diri sbg capres/cawapres? klo opini dari media sih pasti iya, karena bicara seperti itu, media langsung menangkap bhwa itu pernyataan resmi dia dan parpolnya. itu tidak benar.
justru bang MikeKono, yg memproklamirkan mereka..
jangan gitu ah.. klo gak tau, jangan sok tau.. hehe 🙂